Pramoedya Ananta Toer: “Menulis adalah Bekerja untuk Keabadian”

LOVEBANDUNG.com : “Menulis adalah Bekerja untuk Keabadian“. Kata tersebut bukti nyata dari seorang Pramoedya Ananta Toer. Ia abadi seratus tahun 6 Februari 1925 – 6 Februari 2025.

Pemikirannya, dituangkan dalam tulisan. Sastra yang ia buat bukan sastra nuansa kelam, tapi sastra yang membangkitkan kesadaran “mengaum”.

Pram tak gentar menghadapi resiko. Era Orde Lama, 13 Oktober 1965, Pram ikut tergulung arus balik gagalnya Gerakan 30 September (G30S). Dia ditahan, kediamannya dirampas militer, perpustakaan yang dibangun bertahun tahun hancur, delapan naskah karyanya dibakar. Telinganya setengah tuli karena dihantam popor senapan tentara yang menggerebegnya.

Orde Baru pun Ia di penjara seperti penjahat kriminal besar di Nusakambangan tahun 1969 sebagai tahanan politik. Pada 1969-1979 menjadi orang buangan di Pulau Buru. Baru pada 21 Desember 1979 dibebaskan, tetapi masih dikenai tahanan rumah dan tahanan kota hingga tahun 1999. Bertahun-tahun dipenjara tanpa melalui proses pengadilan.

Pram meninggal pada 30 April 2006, mewariskan karya-karyanya yang terus hidup, “Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Bumi Manusia, Rumah Kaca, Larasati, Gadis Pantai, Arus Balik, Arok Dedes, Keluarga Gerilya, Midah Simanis Bergigi Emas, Cerita Dari Jakarta”, dan lebih 50 buku. (lvb)