BEM KM UNPAS: Kekerasan Demonstrasi Pecah Karena Provokasi Eksternal dan Lemahnya Internal Mahasiswa

"Mahasiswa perlu cerdas mengenali teknik framing media untuk mengelola narasi publik".

LOVEBANDUNG.com : Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Pasundan (BEM KM Unpas) sukses menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema kritis “Kekerasan Dalam Demonstrasi dan Fenomena Kelompok Anarko Sebagai Ancaman Non-Struktural” digelar di Gelanggang Generasi Muda (GGM) Kota Bandung dihadiri sekitar 100 peserta dari berbagai elemen mahasiswa dan Organisasi Kepemudaan (OKP) Kota Bandung, Selasa, 17 Oktober 2025.

FGD diinisiasi dan dipimpin Presiden BEM KM Unpas, Ridho Dawam M, menghadirkan empat narasumber kunci, Drs. Tatang Hamdani, M.P.A (Kabid Kewaspadaan Nasional dan Penanganan Konflik Kesbangpol Kota Bandung), Muhammad Ersyad Muttaqien (Dosen Ilkom Unpas), Fadlan Hafiz (Wakil Ketua Internal dan Kedaerahan Jabar Bergerak Zillinial), serta Ridho Dawam M.

Waspadai Gerakan Sosial Tanpa Kendali

Dalam pemaparannya, Tatang Hamdani, menyoroti ancaman non-struktural yang dipandang Pemerintah Kota, salah satunya adalah gerakan sosial tanpa kendali. Ia menjelaskan, ancaman non-struktural merujuk pada gangguan keamanan yang tidak berasal dari militer, melainkan dari dinamika sosial, ideologi, hingga demonstrasi anarkis.

“Pemerintah Kota memandang bahwa gerakan atau aksi kolektif masyarakat yang tidak terkoordinasi atau cenderung destruktif berpotensi merusak kondusivitas kota,” ujar Tatang Hamdani.

Ia menekankan bahwa Kesbangpol telah mengambil langkah antisipatif, termasuk fungsi intelijen dan deteksi dini, sebagai upaya proaktif menjaga stabilitas Bandung.

Literasi Media Kunci Lawan Stigma Negatif

Muhammad Ersyad Muttaqien, memaparkan pentingnya literasi media bagi mahasiswa. Menurutnya, framing media seringkali memperburuk stigma, membuat publik mengasosiasikan demonstrasi mahasiswa dengan kekerasan, alih-alih kritik dan kontrol sosial.

“Mahasiswa perlu cerdas mengenali teknik framing media untuk mengelola narasi publik,” tegas Ersyad.

Dosen Ilkom Unpas ini mendorong mahasiswa untuk menggunakan media sosial sebagai platform kontra-narasi yang jujur dan substansial guna menangkis penggambaran negatif dari media arus utama.

Benteng Pertahanan dari Ideologi Ekstrem

Tantangan bagi generasi muda juga disampaikan oleh Fadlan Hafiz, menyoroti bagaimana ideologi ekstrem, seperti paham anarkisme yang sering disalahartikan menjadi pembenaran untuk kekerasan, memanfaatkan ketidakpuasan sosial untuk merekrut anggota muda.

“Dialog adalah senjata utama melawan polarisasi dan ekstremisme,” kata Fadlan.

Ia mengajak pemuda untuk menggunakan media sosial sebagai platform kolaborasi dan konsolidasi gagasan yang konstruktif dan solutif, bukan hanya untuk penyebaran emosi.

Pentingnya Koordinasi Internal dan Non-Kekerasan

Dari internal mahasiswa, Ridho Dawam M menekankan bahwa mahasiswa memiliki tanggung jawab moral yang tinggi untuk menjadikan prinsip tanpa kekerasan (non-violence) sebagai landasan setiap aksi. Ia mengingatkan bahwa kurangnya koordinasi yang ketat dapat membuka peluang bagi penyusupan pihak luar yang bertujuan memancing kericuhan dan menciptakan citra negatif.

“Setiap peserta inti harus memiliki identitas yang jelas, dan organisasi mahasiswa harus memiliki mekanisme pengamanan internal untuk mendeteksi individu yang tidak dikenal,” terang Ridho Dawam.

Dialog Strategis dan Komunikasi Saling Percaya

FGD ini menyimpulkan bahwa pecahnya kekerasan dalam demonstrasi berakar pada dua faktor utama: Provokasi Eksternal dari penyusup dan Lemahnya Koordinasi Internal mahasiswa.

Untuk mencegahnya, forum ini menegaskan perlunya Pemerintah dan mahasiswa meninggalkan pola komunikasi konfrontatif.

Kesimpulan utama menekankan perlunya Komunikasi Strategis—di mana pemerintah proaktif membuka saluran dialog—dan pembangunan Hubungan Saling Percaya antara pemegang kebijakan dan mahasiswa. Forum juga mendorong inisiatif dialog semacam ini untuk diadakan secara periodik dan berkelanjutan sebagai kunci kontrol sosial yang konstruktif. (lvb)